Save SHINee – Part5

Auhtor : Park Jihoon

Cast :

SHINee : Onew, Key, Jonghyung, Minho dan Taemin

MANJA : KA-Jjong(bias), Inu-Key, Giga-Taemin, Dhini-Minho dan Rani-Onew

Shailov : Berlian-Key, Niku-Jonghyun, Hana-Onew, Hanna-Onew, Joanna-Key, dan Fefe-Minho

Angkel Ji (a.k.a Jihoon)

Lenght : Part

Genre : Komedi (hilang sama sekali), Mistery.

Disclaimer : Aku hanya punya cerita ini dan duit yang banyak *mimpi >>> semoga jadi kenyataan, AMIN*, sedangkan semua cast punya orang lain. Yang punya nama, silahkan kenalin nama kalian masing-masing ya… hehehehe.

Selamat membaca….

$$$

“Kita telepon saja angkel Ji,” usul Giga.

“Iya.. betul, siapa tahu angkel Ji bisa membantu.”

Semuanya sepakat untuk meminta bantuan angkel Ji. Inu, sebagai keponakannya, ditugaskan untuk menghubungi angkel Ji, sedangkan yang lainnya ikut mendengarkan percakapan mereka secara seksama.

“Hallo, angkel sekarang dimana?”

“Hampir sampai di rumah, ada apa? Kalian dimana, kok kedengarannya sepi. Bukannya kalian sedang menonton konser SHINee.”

Inu berusaha menghirup udara segar sejenak sambil memikirkan kalimat yang tepat untuk disampaikan pada angkel Ji. “Ada sekelompok orang yang ingin meledakkan tempat konser SHINee,” ujarnya kemudian.

“Apa? Meledakkan tempat konser?”Suara angkel Ji terdengar sangat kaget. “Kalian tidak sedang bercanda kan?”

“Angkel… tolong selamatkan SHINee oppa…,” teriak Hana dengan deraian air matanya yang sulit untuk dibendung.

Inu kemudian menjelaskan semuanya secara terperinci dan runut. Kemudian dia juga memberitahu kalau sampai saat ini dia belum melaporkan pada pihak polisi karena alasan takut kalo konser tersebut dibatalkan dan bomnya tidak ditemukan.

“Oke, kalian tunggu di sana. Jangan masuk ke dalam gedung konser dulu. Aku akan kesana sekarang, mungkin butuh waktu sekitar satu jam lebih karena jam sekarang pasti jalanan dijamin macet. Ingat kalian jangan panik dulu.”

Kemudian Inu memutuskan telepon dengan Angkel Ji dan mereka terpaksa menunggu kedatangan angkel Ji. Mereka melihat para penonton yang masuk ke dalam gedung konser dengan perasaan iri yang memuncak. Seharusnya saat ini mereka juga sudah berda di dalam dan meneriakkan nama SHINee dengan lantang.

Waktu seakan bejalan sangat lambat dan membuat semua member jatuh dalam frustasi. Si kembar Hanna dan Han tidak henti-hentinya mengeluarkan air mata. Niku, Dhini, Fefe, Rani dan Giga hanya terbengong melamun entah kemana. Sedangkan KA dan Inu terus mondar-mandir dan setiap lima menit mengecek kedatangan angkel Ji.

Jam 18.30 Angkel Ji datang. Semua wajah member sedikit lebih ceria. Sedangkan Inu langsung menghambur kepelukan angkelnya. Air mata yang dari tadi ditahannya, akhirnya jatuh juga.

“Angkel…, tolong selamatkan SHINee…!” Pinta Inu.

“Baiklah, kalian tenang dulu,” ujar angke Ji.  Kemudian Angkel Ji menoleh ke arah Niku, “Apakah benar kamu bisa mengenali si pelaku dengan jelas.”

“Iya,” jawab Niku diikuti anggukan kepalanya.

“Kalau begitu kita harus cepat masuk kedalam untuk mencari pelakunya.”

“Bagaimana bisa, tempat panitia pasti dijaga dengan ketat.” ujar Rani.

“Kamu lupa ya? Aku ini kan polisi,” kata angkel Ji sambil memperlihatkan tanda pengenalnya.

Kemudian mereka langsung masuk, menuju ke belakang panggung. Suara-suara teriakan ‘SHINee’ membuat hati semua member membuncah dengan perasaan iri. Mereka berpura-pura tidak mendengarnya, tapi hati mereka menangis. Sesampainya di depan pintu masuk ke belakang panggung, mereka di cegah oleh beberapa orang dengan pakaian hitam-hitam.

“Maaf anda tidak boleh masuk,” ujarnya.

“Saya dari kepolisian,” kata angkel Ji sambil memperlihatkan tanda pengenalnya. “Saya harus bertemu dengan ketua penyelenggara konser ini. Penting.”

“Baiklah, tapi anda tetap tidak boleh masuk.” Kata salah satu pengawal tersebut sebelum menghilang.

Beberapa saat kemudian, sang penjaga tadi keluar bersama seseorang yang kira-kira berumur empat puluh tahunan dengan memiliki garis wajah yang kaku. Kemudian pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Pak Johan. Tanpa menunda waktu, Angkel Ji langsung membisikkan sistuasi yang terjadi saat ini di telinga pria itu. Pria itu langsung tercengang kaget dengan ekpresi muka masih terlihat agak kaku.

Kemudian pak Johan mempersilahkan angkel Ji dan kesebelas cewek tersebut masuk dan membawa mereka ke sebuah ruangan Kosong. Di sana mereka meminta penjelasan lebih lanjut pada angkel Ji mengenai kondisi yang sedang terjadi dan apa kemungkinan yang akan terjadi. Suara-suara sorak di arena konser membuat kesebelas cewek tersebut semakin menunduk nelangsa.

“KA, konsernya sudah dimulai,” bisik Fefe di telinga KA.

“Tapi masih band pembuka.”

“Maaf pak Johan, untuk membuktikan kebenaran ini kami harus mengumpulkan anak buah anda yang laki-laki karena ada salah satu dari cewek ini yang mengenali wajah si tersangka.” Kata angkel Ji.

“Tapi pak, anak buah saya banyak dan sedang bertugas. Bagaimana mungkin kita mengumpulkan semuanya sedangkan kita hanya punya waktu dua jam lagi.”

“Tidak apa-apa pak, kumpulkan sebagian aja yang lagi tidak bertugas. Selain itu kami juga memerlukan foto seluruh anak buah anda.”

Kemudian pak Johan memanggil anak buahnya, seorang wanita, dan memintanya untuk menyiapkan semua data yang diperlukan oleh angkel Ji. Selain itu, dia juga memanggil seorang laki-laki dengan kacamata ber-frame besar dan memintanya untuk memanggil panitia yang tidak sedang bertugas supaya menemuinya di ruangan itu.

Beberapa menit berlalu tapi belum ada seorang pun yang dikenali oleh Niku hingga membuat mereka pesimis. Sedangkan pak Johan merasa sedikit lega karena hal tersebut menunjukkan bahwa bom tersebut tidak ada. Kesebelas cewek tersebut, termasuk Niku, terus mencari lewat foto yang diberikan oleh anak buahnya pak johan tadi. Satu jam berlalu, panitia yang dipanggilnya datang silih berganti tapi tak ada yang dikenali.

Suara cowok-cowok SHINee tiba-tiba terdengar dengan teriakan ‘Hallo Indonesia’ menyapa para penonton dan disambung dengan lagu pembuka. Teriakan para Shawol tiba-tiba menggema hingga membuat hati kesebelas cewek tersebut bergetar hebat. Tanpa terasa air mata mereka meleleh tanpa bisa mereka hentikan. Impian untuk bertemu dan mendengar SHINee menyanyi di atas panggung sudah sirna.

“Nu… SHINee oppa udah tampil, sedangkan kita malah duduk di sini,” ujar Rani pada Inu sambil mengusap air matanya yang terus jatuh.

“Ya…,” jawab Inu lirih diikuti air matanya yang ikut jatuh.

“Apa mungkin pria itu bukan panitia di sini?” tanya pak Johan memastikan.

“Aku yakin, pria itu panitia di sini soalnya tanda pengenal panitia yang dipakainya sama dengan itu,” kata Niku sambil menunjuk pada kalung panitia yang dipakai si embak tadi.

Tiba-tiba seorang panitia kembali masuk.

“Selamat malam pak, apakah anda memanggil saya?”

Wajah inu langsung tersentak kaget, karena dia merasa mengenal wajah tampan itu. Dia langsung membisikkan sesuatu ditelinga angkel Ji.

“Silahkan duduk,” Pak Johan mempersilahkan.

Angkel Ji kemudian bangkit dari tempat duduknya dan mengunci pintu ruangan tersebut. Di tanda pengenal panitia tersebut tertulis sebuah nama, Deni. Tanpa banyak argumen, angkel Ji langsung menuduhkan tudahannya pada pria tersebut dengan Niku sebagai saksi.

“Maaf pak, sepertinya anda salah sangka. Mana mungkin ada orang yang bisa memasukkan bom dengan pengamanan yang superketat seperti ini. Bahkan selama tiga hari ini petugas keamanan menjaga tempat ini 24jam penuh.”

“Benar juga pak,” pak Johan ikut membenarkan.

Angkel Ji terlihat memikirkan sesuatu, dia memain-mainkan bolpennya di tangan kanannya. “Bolehkan saya lihat barang bawaan anda. Kami yakin semua panitia disini membawa tas kan?”

“Ah… sialan, barang-barang itu masih ada di tas. Kalo begini aku bisa ketahuan.” Batin sang panitia. “Baiklah, tapi tas saya ada di ruang panitia.”

Kemudian angkel Ji mempersilahkan panitia yang bernama Deni itu untuk mengambil tasnya dengan didampingi dirinya. Namun saat knop pintu di buka, si panitia itu berusaha kabur.

“Angkel Ji, dia kabur….”

Tariak kesebelas cewek itu secara spontan, tapi tak sampai beberapa meter si panitia itu bisa dilumpukan angkel Ji yang jago taekwondo. Kemudian tas si panitia itu diperiksa dan ternyata ditemukan peralatan yang dipakai untuk merakit bom. Dan hal itu membuat pak Johan pucat pasi. Angkel Ji langsung mengiterogasi si panitia tersebut. Setelah mendapatkan beberapa pukulan akhirnya dia mulai membuka mulut.

“Hahaha…, aku kasih tahu saja biar kalian semakin panik dan aku yakin kalian juga tidak akan menemukannya. Kami meletakkan enam bom ditempat yang berbeda. Selamat berpesta.”

BUK… BUK… BUK..

Kesebelas cewek tersebut melampiaskan kekesalannya karena tidak bisa melihat konser SHINee pada si tersangka hingga membuatnya jatuh pingsan.

“Yah kenapa kalian membuatnya pingsan, kita belum tahu tempat bomnya.” Ujar angkel Ji.

“Maaf angkel.”

“Pak.. bagaimana ini?” tanya pak Johan.

“Tolong kalian panggil manajer SHINee sekaligus member SHINee sekalian, kita harus mengambil tindakan yang cepat.”

Mendengar kata ‘member SHINee’, jantung kesebelas cewek tersebut langsung berdegup kencang. Dan membuat mereka saling menatap satu sama lain untuk memastikan ucapan angkel Ji. Angkel Ji hanya menyunggingkan seutas senyum untuk menjawab tatapan semua member ekspedisi SHINee tersebut. Beberapa saat kemudian SHINee datang dengan manajernya.

OPPA….

OPPA….

OPPA….

KA, Inu, Dhini, Fefe, Berlian, Giga, Niku, Rani, Hana, Hanna dan Joanna langsung menghabur kepelukan kelima cowok tersebut. Mereka tidak lagi mempermasalahkan siapa biasnya siapa. Dhini dan KA berada di pelukan Onew, Fefe, berlian, dan Niku menghambur ke Taemin, Giga dan Rani ke pelukan Jonghyun, Joanna dan Inu ke pelukan Minho sedangkan Hana dan Hanna ke pelukan Key. Mereka langsung meluapkan tangis yang sajak tadi ditahannya. Suasana berubah menjadi haru.

Melihat hal tersebut, manajemen SHINee meminta penjalasan. Dan semuanya dijelaskan oleh sang ketua penyelenggara mengenai kondisi yang sedang terjadi secara detail. Pihak menajemen SHINee terlihat sangat shock namun mereka langsung bisa menguasai diri dan meminta jalan keluarnya.

“Kita masih memiliki waktu 40menit dan itu cukup untuk mengevakuasi member SHINee, tapi tidak dengan 10.000 penonton. Karena jika mereka tahu disini ada bom, maka mereka akan panik sehingga akan menimbulkan keributan yang akan banyak memakan korban.”

Seorang translator yang berada di samping manajer SHINee mengartikan semua perkataan angkel Ji. Tiba-tiba sang translator itu bicara.

“Pak, SHINee bertanya apakah anda mampu akan menemukan bom-bom itu semuanya dengan waktu yang tersisa?”

“Bisa jika kondisi ikut mendukung, maksudnya tidak ada kekacauan. Kami akan mengerahkan seluruh tenaga keamanan di sini dan di bantu oleh ke sebelas cewek pemberani itu.”

Mendengar namanya disanjung di depan SHINee, semangat di dada cewek-cewek itu menggelora seketika. Apalagi ditambah dukungan senyuman yang terlukis di wajah para member SHINee saat menoleh ke arah mereka.

“Apakah anda yakin?”

“Ya…, kami yakin.”

“SHINee bilang, kalo anda yakin, mereka memutuskan akan ikut membantu anda. Mereka tidak akan membiarkan para Shawol menjadi korban. SHINee akan membantu menenangkan para penonton dari atas panggung sehingga anda dan tim anda bisa berkonsentrasi penuh mencari bom-bom tersebut.”

“Terimakasih atas kerjasamanya.” Kata angkel Ji sambil membungkuk.

Kesebelas cewek tersebut semakin jatuh cinta pada kelima namja tersebut saat mendengar kesediaan mereka untuk ikut membantu, meskipun nyawa mereka menjadi taruhannya. Sehingga gelora semangat di dada mereka juga semakin membuncah.

SHINee dan menajernya meninggalkan ruangan tersebut supaya para penonton tidak gelisah dan menyadari adanya bom tersebut. Mereka sempat memberikan dukungan pada kesebelas cewek dengan mengucapkan kata-kata yang sering mereka dengar, “Hwaiting!!!.” Dan secara otomatis membuat mereka sangat bersemangat untuk mengorbankan nyawanya sekalipun. Angkel Ji langsung mengumpulkan mereka semuanya dan beberapa kepala keamanan.

“Baiklah, kita hanya memiliki waktu 35menit lagi sebelum bom itu meledak. Kami minta pada pihak keamanan untuk meyeterilkan tempat konser ini kira-kira sampai lima ratus meter, untuk mecegah terjadinya banyak korban jika kita tidak berhasil menemukan  bom-bom tersebut. Sedangkan untuk mencari bom, aku butuh bantuan kalian,” ujar angkel Ji pada kesebelas cewek tersebut.

Kepala keamanan masing-masing kelompok langsung bergerak. Dan angkel Ji meminta pihak panitia untuk menelpon kepolisan dan tim Gegana. Sedangkan kesebelas cewek tersebut langsung bergerak sesuai kelompok yang telah disusun angkel Ji untuk mencari keberadaan bom dibawah komandonya. Angkel Ji bergerak berasama Inu, KA dengan Niku, Hana dengan Hanna, Fefe dengan Berlian, Joanna dengan Giga dan Rani dengan Dhini. Mereka diwajibkan untuk menelepon angkel Ji jika menemukan bungkusan yang mencurigakan.

Menurut analisa angkel Ji, bom tersebut tidak mungkin berada di dalam gedung tempat para penoton karena akan sangat mudah diketahui oleh orang lain sebelum bom tersebut meledak. Dan tempat yang paling memungkinkan adalah di luar gedung dan di belakang panggung. Namun lima menit berselang, ketua penyelanggara memastikan bahwa bom tidak ditemukan di belakang panggung, diruang tunggu artis dan ruangan panitia lainnya. Semua pihak bekerja secara diam-diam supaya tidak diketahui oleh para penonton.

Sepuluh menit berlalu, semua pihak keamanan telah behasil mensterilkan daerah sampai dua ratus meter dari gedung konser dan mereka terus berusaha menyeterilkan sisanya. Kesebelas cewek dan angkel Ji juga terus berusaha mencari letak bom namun mereka tidak menemukan dimanapun sehingga membuat mereka di rundung kecemasan yang amat sangat.

“Rani, gimana nih…sampai sekarang kita belum bisa menemukan letak bomnya. Waktu kita pun tinggal 25menit lagi.”

“Sudahlah Giga.., kita tidak boleh patah semangat. Ingat, SHINee oppa sekarang juga ikut berjuang bersama kita. Aku yakin kita pasti akan menemukannya dan menyelamatkan SHINee oppa.”

“Hemm…,” Giga mengangguk mantap.

Nama SHINee selalu bisa membuat mereka bersemangat, meskipun telah berada di ujung kematian sekalipun. Entah apa yang merasuki setiap nadi mereka, sulit untuk bisa kita telaah dengan daya nalar orang normal.

Tiba-tiba ponsel Giga berbunyi.

“Hallo… angke Ji.”

“Ga… tolong kalian periksa setiap tempat sampah yang ada di sekitar gedung. Kalau perlu keluarkan seluruh isinya. Aku yakin bom diletakkan di tempat sampah karena di tempat-tempat tersembunyi lainnya tidak kita temukan.”

“Baik angkel.”

Angkel Ji juga memberi tahu keempat kelompok lainnya. Mereka langsung mencari di setiap tempat sampah dan mereka mengeluarkan isinya dengan hati-hati.

“Halo angkel Ji, di sini Hana dan Hanna, kami menemukan tas berwana hitam di tempat sampah dekat pintu keluar. Tasnya berada di bawah tumpukan sampah.”

“Tolong kalian bawa ke tempat parkir, di sana akan segera datang tim gegana untuk menjinakkan bomnya.”

Sesuai dugaan angkel Ji, bom-bom tersebut ditempatkan di tempat sampah yang berada di sekeliling gedung tempat konser. Dan bom tersebut disamarkan dengan meletakkan sampah di atasnya. Setelah dua puluh menit berlalu tim gegana datang dan langsung bergerak cepat untuk menjinakkan bomnya. Lima tim yang dibentuk oleh angkel Ji telah menemukan lima bom, tinggal KA dan Niku yang belum memberikan kabar yang mengembirakan. Mereka bertugas menyisir setiap tempat sampah dibagian dalam gedung dibantu dengan panitia, tapi hasilnya nihil.

Angkel Ji dan yang lainnya berada bersama tim gegana sedang berusaha menjinakkan bom yang baru ditemukannya bersama Inu. Susana di luar tampak sepi dari penonton, tapi ramai oleh para petugas yang baru datang. Di kejahuan telihat kilatan blitz kamera wartawan, sepertinya mereka telah mencium adanya teror bom di tempat ini.

“Astaga, ada satu tempat yang luput dari perkiraanku,” kata angkel Ji mengutuki dirinya sendiri. Kemudian di langsung melihat di jam tangan yang melingkar di pergelangannya, “tinggal lima manit lagi. Tidak ada pilihan lain.”

“Angkel Ji, bagaimana ini masih ada satu bom lagi yang belum ditemukan,” ujar Inu penuh kehawatiran.

Member yang lainnya, mereka membisu dengan mulut terus berkomat-kamit melantunkan doa untuk keselamatan SHINee dan supaya dapat menemukan bom yang satunya lagi.

“Hallo, KA kamu masih ada di dalam kan?”

“Iya angkel, bagaimana ini kami belum menemukan bomnya. Waktunya tinggal lima menit lagi. Angkel…,” KA langsung menyeracau gugup. Sedangkan Niku juga tidak kalah gugupnya berada di samping KA mendengarkan percakapan Angkel Ji.

“Tenang, kalian tidak boleh panik. Kalian masih membawa gunting yang aku kasih tadi kan? Tolong kalian pinjam senter ke panitia dan periksa di bawah panggung.”

“Baik angkel.”

KA dan Niku langsung bergerak sesuai dengan perintah Angkel Ji. Telepon mereka tidak pernah diputuskan untuk menjaga agar komonikasi dengan angkel Ji tidak terputus. Dan dalam waktu sekejap KA dan Niku sudah berada di bawah panggung yang gelap, dibantu oleh beberapa panitia lainnya. KA langsung mengedarkan cahaya senternya, dan alangkah terkejutnya saat cahaya senter itu memperlihatkan sebuah tas hitam berada di bawah panggung. Wajah KA dah Niku langsung pias.

“Angkel…, kami menemukan tasnya. Ada di tengah-tengah. Angkel.. bagaimana ini?”

“Oke kalian harus tenang. Kalian dekati tas tersebut dan laporkan ciri-cirinya dengan detail, jangan ada satupun yang terlewatkan. Kita sudah tidak memiliki waktu untuk membawa bom itu keluar, dan salah satu jalan keluarnya kalian harus bisa menjinakkan bomnya sendiri.”

“A…a…apa…, menjinakkah bom???” wajah KA semakin pias begitu juga dengan Niku.

Pengalaman Niku dengan petasan tak bisa menghalangi ketakutan yang muncul saat berhadapan dengan bom yang asli. Apalagi KA, yang langsung pias saat mendengar petasan Niku meledak, apalagi sekarang dia dihadapkan dengan sebuah bom yang memiliki daya ledak ribuan kali lipat dari petasan Niku. Meskipun dengan terbata-bata, KA mampu mendeskripsikan bom tersebut dari luarnya.

“Oke… kalian tenang, semua bom tersebut berjenis sama dan tas yang digunakan pun sama. Aku yakin kalian pasti bisa menjinakkannya jika mematuhi instruksiku dan tim gegana juga telah bisa menjinakkan yang lainnya. Oke, kita mulai. Pertama kamu harus bisa membuka tasnya secara perlahan.”

KA berusaha membuka tas hitam tersebut, namun tiba-tiba tangannya bergetar hebat hingga tak bisa bergerak sedikitpun. “Angkel, aku tidak bisa… tanganku… tanganku gemetaran… dan tidak bisa bergerak.”

“Oke.. kasih teleponnya ke Niku!”

“Ya.. angkel,” ujar Niku saat menerima telepon dari KA.

“Niku… aku tahu kamu adalah seorang cewek yang pemberani. Tak ada sesuatu pun yang akan membuat mu ketakukan,” Angkel Ji berusaha menyulut keberanian Niku. “Sekarang… SHINee berada di ujung kematian dan hanya kamu yang bisa menolongnya. Apakah kamu siap menolong SHINee?”

“Siap,” jawab Niku dengan suaranya yang masih bergetar.

“JAWAB YANG LANTANG!!! APAKAH KAMU SIAP MENYELAMATKAN SHINee?”

“SIAP… SIAP… AKU SIAP MENYELATKAN SHINee,” ujar Niku dengan suara lantang. Dan tanpa disadarinya air matanya jatuh berderai, namun ketakukan yang dialaminya sejak tadi pun lenyap seketika.

“Bagus, sekarang buka tasnya. Dan laporkan apa yang ada di dalamnya.”

Suara perform SHINee diatas panggung membuat suara angkel Ji sempat tidak terdengar. Namun mereka akhirnya bisa mengatasinya dengan bantuan KA yang menggunakan tangannya untuk mambantu memegangi ponselnya. Dengan itu, Niku leluasa membuka tasnya sambil berbicara dengan angkel Ji.

“Angkel di dalam tasnya ada lima selinder pipa, rangkaian kabel dan jam digital yang bejalan mundur dan sekarang angkanya 2:00.”

“Oke… kalian tenang, aku yakin kita masih memiliki waktu. Kalian hanya harus memotong kabel yang berwana merah dekat timernya, tapi kamu harus hati-hati. Sebelum itu kamu harus memisahkan kabel tipis di belakang kabel merah itu supaya tidak ikut terpotong. Karena jika kabel itu terputus maka bom akan meledak seketika. Pisahkan kabel itu dengan jari kamu, hati-hati kabel itu agak sedikit rapuh.”

“Baik angkel.”

Niku berusaha untuk bersikap tenang, meskipun jauh di dalam hatinya dia tidak yakin dengan apa yang akan dilakukannya. Angka yang terus begerak mundur membuat jantung Niku seakan mau berhenti seketika.

“KA, maafkan aku selama ini karena telah membuatmu ketakukan dengan petasanku.”

“Apa yang kamu bicarakan?” KA terkejut mendengar ucapan Niku, karena mirip dengan ucapan orang yang hampir mau mati.

“Tidak… aku hanya mau minta maaf,” kata Niku.

Kemudian Niku mulai bekerja. Dia mengikuti setiap instruksi yang disampaikan angkel Ji. Dan jam digital tersebut terus berjalan mundur, membuat Niku sempat gugup dan hampir membuat kesalahan fatal karena tangannya terus gemetaran. Jam digital itu menunjukkan angka 0:30, ketika angkel Ji memberikan instruksi.

“Oke, saatnya sekarang kamu memotong kabel merah tersebut. Ingat kabel yang tadi dipisahkan jangan sampai ikut terpotong.”

“Oke angkel aku siap.” Ujar Niku mantap.

KA yang berada di samping Niku memejamkan matanya, pasrah terhadap apapun yang akan terjadi. Setidaknya jika harus mati, dia bisa mati saat berusaha akan menyelamatkan idolanya, SHINee. Sedangkan di luar gedung, angkel Ji dan yang lainnya berharap-harap cemas. Member ekspedisi SHINee yang lainnya pun tak henti-hentinya memanjatkan Doa supaya KA dan Niku berhasil menjinakkan bom tersebut.

Saat gunting itu hendak memotong kabel merah, Niku sempat berhenti sejenak. Dan dengan seluruh tenaganya yang tersisa dia mengatakan sesuatu dengan lantang sambil menutup matanya.

“AKU… AKU… AKU… AKAN MENYELAMATKAN SHINee. TIDAK BOLEH ADA SEORANG PUN YANG BISA MENYAKITI MEREKA.”

Krek..

“Hallo…, apa yang terjadi?” tanya angkel Ji.

Niku dan KA langsung membuka matanya. Suara teriakan para Shawol yang menonton pertunjukan SHINee masih memenuhi telinga mereka.

“Jamnya berhenti, 0:05” kata KA.

“YEAH…. KALIAN BERHASIL, AKU TAHU KALAU KALIAN PASTI AKAN BERHASIL.” Teriak angkel Ji tak kalah emosinya.

Inu, Giga, Fefe, Berlian, Hana, Hanna, Rani, Joanna dan Dhini saling berpelukan dan meluapkan emosi mereka dengan manangis sekencang-kencangnya. Bahkan angkel Ji beberapa kali berteriak lantang untuk meluapkan emosinya yang sejak tadi ditahan. Semua pihak kepolisian, panitia penyelenggara juga berteriak lantang menyambut keberhasilan Niku. Dengan cepat pihak tim gegana langsung bergegas menuju ke tempat lokasi Niku dan KA untuk mengamankan bomnya.

“Niku… kita berhasil,” ujar KA sambil memeluk sahabat yang selalu membuatnya jantungan dengan petasannya.

“Iya kita berhasil menyelamatkan SHINee-oppa,” air mata Niku kembali membanjiri pipinya.

$$$

Setelah situasi terkendali, semua pihak keamanan bersama polisi kembali menyisir sekeliling gedung untuk memastikan tidak ada bom yang tersisa. Sedangkan si tersangka langsung diamankan polisi, dia masih belum sadarkan diri setelah menerima pukulan kesebelas cewek ganas tersebut.

Para member ekspedisi SHINee dan angkel Ji kembali ke dalam gedung, mereka menyusul KA dan Niku yang berada di dalam. Saat mereka bertemu, kembali tangisan pecah diantara mereka. Emosi mereka benar-benar terkuras hari ini, angkel Ji menatap ke arah mereka dengan penuh rasa bangga. Meskipun cewek, namun semangat dan nyali mereka bisa mengalahkan siapapun.

Pihak panitia dan manajemen SHINee menjabat tangan kesebelas cewek tersebut dengan penuh rasa terimakasih dan meminta mereka untuk menunggu sampai SHINee selesai manggung. Susana di dalam gedung konser tak terganggu sedikitpun, teriakan histeris para shawol tetap terdengar kencang hingga membuat kesebelas member kembali ingat dengan tujuan mereka datang ke sini, menonton konser SHINee.

Setelah selesai konser, SHINee dan manajemennya langsung menemui kesebelas cewek pemberani tersebut. Mereka menyambut SHINee dengan senyum, meskipun kekecewaan tetap menggelayut di hati mereka karena tidak bisa melihat perform mereka secara langsung.

“Kenapa kalian masih menangis?” tanya Onew melalui translatornya.

“Karena kami tidak bisa menyaksikan konser oppa. Selain itu, kami takut… takut kalau oppa tidak mau mengadakan konser lagi di Indonesia dengan adanya kejadian ini.” Ujar Joanna dengan bahasa koreanya yang fasih.

Semua member SHINee dan manajernya sempat kaget saat mendengar Joanna bisa berbicara dengan bahasa korea. Namun mereka kemudian tersenyum dan mengatakan,

“Kejadian ini tidak akan menghalangi kami untuk datang ke Indonesia lagi suatu saat di masa depan. Apalagi di sini, di Indonesia, terdapat beberapa shawol yang berani mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi kami. Kami bangga memiliki shawol seperti kalian.” Ujar Onew.

“Yah… kami bangga pada kalian,” sambung Jjong.

Kesebelas cewek tersebut kembali mengahambur kepelukan SHINee. Tangis kebahagiaan kembali pecah.

“Maafkan kami karena kalian tidak bisa menyaksikan perform kami, kami janji suatu saat nanti kami akan membalas hutang ini,” ujar Onew lirih.

Kebersamaan mereka ditutup dengan foto bersama, sebagai obat kekecewaan mereka. Selain itu  KA, mewakili yang lainnya, meminta untuk berfoto berdua dengan bias masing-masing, dan semua permintaan mereka disetujui manajemen SHINee dengan senyuman.

$$$

Setelah kejadian tersebut semua member ekspedisi SHINee, MANJA dan Shailov, menjadi incaran para pemburu berita. Apalagi aksi penyelamatan yang dilakukan Niku dan KA tersiar di kalangan media. Saat pulang dari konser pun, mereka harus dilidungi oleh kepolisian dari wartawan yang terus memaksa mereka untuk berbagi cerita. Namun kelelahan membuat mereka tidak bisa berkata apapun, dan mereka langsung pulang menuju ke rumah Inu dengan pengawalan ketat.

Keesokan harinya mereka diundang ke berbagai stasiun televisi nasional untuk berbagi cerita tentang aksi berani yang mereka lakukan. Namun kondisi mereka yang tidak memungkinkan, sehingga mereka hanya bisa di wawancara di rumah Inu dan membuat rumah itu semakin penuh sesak dengan wartawan. Nama mereka juga semakin terkenal karena hampir setiap stasiun televisi memajang foto mereka, namun hal itu membuat siasat mereka untuk bolos kuliah terbongkar secara terang-terangan. Akan tetapi pihak akademisi tempat mereka kuliah memaafkan mereka dan bangga dengan keberanian yang mereka tunjukkan.

Beberapa hari setelah itu, mereka masih sering mendapatkan undangan untuk tampil di televisi nasional dan membuat mereka semakin terkenal. Kisah mereka juga banyak dibicarakan di kalangan shawol internasional di Internet. Para shawol berterimikasih pada mereka dan menjuluki mereka sebagai SHINee Hero.

Meskipun mereka semakin terkenal dikalangan para Shawol, namun di dalam hati mereka masih menggelayut rasa kekecewaan karena tidak bisa menyaksikan konser SHINee. Ketika beberapa teman mereka berbicara tentang konser SHINee, kekecewaan itu selalu muncul hingga terkadang membuat air mata mereka jatuh tanpa disadarinya.

Satu bulan kemudian…

“KA…,” terdengar suara Inu memanggil dari luar kosan.

“Ada apasih? Baru datang dari rumah langsung heboh, jangan-jangan kamu bawa banyak makanan ya.”

“Bukan, bukan makanan. Tapi lebih mengembirakan, jauuuuhhhh lebih mengembirakan dari makanan.”

“Kamu mau ngomong apaan sih? Belibet amat…,” celetuk Dhini yang saat itu sedang menyaksikan acara gosip sore.

“Oke… aku akan memberitahu kalian, tapi kalian harus kumpul dulu. Oh ya.. Shailov juga harus ikut,” pinta Inu.

Beberapa saat kemudian. Semuanya telah berkumpul dan mereka menatap Inu dengan penuh tanda tanya. Kemudian Inu mengeluarkan sebuah kertas dari dalam tasnya.

“KITA… DI UNDANG SHINee UNTUK MENGHADIRI KONSERNYA DI SEOUL BULAN DEPAN….”

“APA…?”

“SHINee MENGUNDANG KITA UNTUK HADIR DI KONSERNYA,” ulangi Inu.

Semua member MANJA dan Shailov langsung heboh seketika. Mirip orang somplak tingkat akut stadium empat, lima dan enam. Bahkan air mata mereka kembali mengalir seperti sungai Nil.

“Aduh… aku enggak mimpikan? KA tolong tampar aku!” pinta Niku.

PLAK

“Jangan kencang-kencang dong, sakit.” Ujar Niku cemberut. “Ah… sakit? Berarti ini bukan mimpi.” Ujarnya kemudian, mirip orang sarap baru.

DOR… DOR… DOOORR…

Tiba-tiba petasan Niku beraksi kembali.

“NIKUUUUUUUUU…”

“Maaf aku terlalu bahagia.”

END

48 responses to “Save SHINee – Part5

  1. wihhhh ff nya seru,,,,,,,,tegang …….semuanya deh,,,,,,kalo bisa sambungan nya secepat nya yaaaa

  2. wihhh………..seruu banget ff nya,,,,,,menegang kan……semuanya dehh………
    kalo bisa sambungan nya secepat nya_*

  3. hwaa ~
    seruuu…. hebat deh KA beranian ama niku…
    enak banget tuh dapet tiket konser di seoul, aku juga mau dooong !!!

  4. oppa ini uda end ato msih ada next chap?
    wuuaa ikut deg-degan
    kenapa baru nemu ini sekarang sih..

Leave a reply to oktaaaa Cancel reply